Baru
saja rakyat indonesia melaksanakan pemilu yang menentukan calon DPR dari pusat
sampai daerah konon katanya pemilu yang sekarang ini oleh beberapa pihak
diklaim sebagai pemilu yang paling “brutal”dalam hal money politic. Sebagai
pemenang munculah tiga partai politik pendulang suara terbanyak yaitumPDI-P
Golkar dan Gerindra. Tiga pemenang suara terbanyak itu berasal dari partai yang
berhaluan nasionalis sementara partai partai yang bercirikan keislaman justru
tidak banyak memperoleh suara. Hal inilah yang membuat beberapa kalangan
terutama dari kelompok elit pimpinan partai politik islam menggulirkan wacana
koalisi partai partai islam, yang tujuannya adalah membendung dominasi partai
partai nasionalis terutama dalam menghadapi pemilihan presiden. Gagasan ini
disambut beragam sikap ada yang detuju dan ada yang tidak. Termasuk partai
berbau islam seperti PKB dan PPP secara tegas menolak wacana ini. Bahkan mereka
mencurigai adanya rencana penggiringan suara untuk mengusung seseorang untuk
memperoleh kekuasaan.
Menurut
analisa penulis adanya gagasan untuk mempersatukan (koalisi)seluruh partai
partai islam adalah sesuatu yang buang buang waktu dan susah untuk
direalisasikan, karena ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Pertama
mengapa harus ada koalisi? Bukankah pada dasarnya antara partai nasionalis dan
partai islam memiliki asas yang sama yaitu asas pancasila? Dan sema sama menjadi partai yang terbuka,
terbuka bagi siapa saja untuk menjadi anggotanya meskipun berbeda agama. Jadi
apalagi yang mebedakannya?. Justru penulis curiga adanya wacana mempersatukan
partai partai islam bukan didasarkan kepada islam dan bukan islam. Tapi lebih
kepada keinginan dari sekelompok orang yang terancam “kalah” untuk tetap
berkuasa.
Yang
kedua jikapun nanti patrtai partai islam ini bisa bersepakat siapa nanti yang
akan diusung yang dianggap mampu
mempresentasikan seorang pemimpin muslim yang diterima oleh semua kalangan?
Sungguh sulit untuk dilaksanakan karena sampai saat ini tidak ada figur yang
mampu menjadi sosok muslim yang diterima
oleh semua kalangan terutama dikalangan umat islam.
Yang
paling menarik untuk didiskusikan disini justru adalah, mengapa partai partai
islam selalu kalah dalam setiap pemilu? Dan mengapa umat islam tidak memilih
partai islam dalam pemilu legislasif.?
Menurut
hemat penulis partai islam tidak memiliki sistem kaderisasi yang baik dalam
rangka mempersiapkan regenerasi dan pada ujungnya adalah mengamankan perolehan
suara di ajang pemilu,
Yang
kedua partai partai islam selalu saja dirundung konflik internal sehingga
energi yang ada habis digunakan untuk meredam konflik apalagi untuk membesarkan
partai. Jadi jangan mimpi partai partai islam mampu meraih suara terbanyak jika
ditingkat internalpun masih sering terjadi konflik dan ini sungguh jauh berbeda
dengan partai partai yang berhaluan nasionalis. Mereka memiliki sistem
kaderisasi yang baik, memiliki mesin partai yang baik dan yang lebih penting
lagi memereka memiliki sumber keuangan yang cukup dan yang terakhir inilah yang
tidak dimiliki partai partai islam. Jadi
kesimpulannya adalah janganlah anda bicara islam dan bukan islam dalam ranah
politik indonesia karena kita sudah
berikrar bahwa tanah air kita satu yaitu Indonesia tempat bertumbuh kembangnya
anak bangsa yang berlainan budaya suku bangsa dan agama. Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Saran dan Komentar anda