Minggu, 02 November 2014

MEMPERTANYAKAN SIKAP NASIONALIASME (Edih Sarto)



Nasionalisme banyak diartikan sebagai sikap cinta tanah air, dan cinta bangsa. Dalam implementasi keseharian sikap nasionalisme ditunjukan dengan lebih mementingkan banGsa sendiri dibanding dengan bangsa lain. Contoh sederhana seorang yang berjiwa nasionalis akan membeli produk buatan dalam negeri dibanding produk bangsa lai.  Dan seseorang yang berjiwa nasionalis akan membela kehormatan bangsanya jika ada bangsa lain yangmelecehkan bangsa sendir. Tapi pertanyaannya apakah sikap nasionalis seperti itu masih relevan untuk dipertahankan saat ini?

Tentu saja sikap nasionalisme sampai kapanpun harus dipertahankan, sebab dengan sikap seperti itu sebuah bangsa akan terjaga keutuhannya dari kehancuran. Nilai nilai nasionlisme harus sudah diberikan kepada warga negara melalui pendidikan sejak dini. Karena dengan menanamkan sikap nasionalisme sejak dini  kelak akan menuntun  individu dalam kehidupan keseharian bagaimana dia sebenarnya memiliki kewajiban untuk membela tanah air dari segala bentuk rongrongan dan memiliki sikap mencintai bangsanya. Tentu saja tidak mudah untuk menerapkan sikap nasionalisme kepada generasi muda saat ini. Karena instrumen yang digunakan untuk mencetak generasi muda yang berjiwa nasionalisme nyaris tidak ada. Kalau dulu dalam kurikulum pendidikan kita terdapat mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang didlamnya sianak diajarkan dan dididik  bagaimana seharusnya menjadi warganegara  yang  baik dengan seluruh hak dan kewajibannya yang berdasarkan pada nilai nilai luhur budaya bangsa, untuk mencapai negara Indonesia yang adil dan makmur aman sentosa. Sayangnya instrumen tersebut sudah tidak adalagi disistem pendidikan kita, maka tidak heran jika saat ini banyak anak sekolah yang tidak hafal apa itu Pancasila beserta falsafahnya, karena memang tidak diajarkan. Merekalebih fasihkalau bicara soal bola, soal fecebook, soal twiter, soal makanan cepat saji. Dibanding diminta untuk menjelaskan apa itu wawasan nusantara.
Generasi muda membutuhkan figur
Ada pihak pihak yang ingin agar dalam sistem pendidikan dimasukan pelajaran “karakter bangsa”. tujuannya agar anak didik memiliki prilaku sopan santun dalam hidup keseharian. Keinginan ini muncul akibat maraknya insiden tauran antar pelajar yang kerap memakan korban dan tidak sedikit pula terekspos prilaku pelajar yang kerap melanggar norma, padahal notabene mereka adalah murid sekolah, yang seharusnya meiliki perangai dan prilaku yang santun dalam hidup keseharian. Pertanyaannya apakah dengan deberikannya pelajaran karakter bangsa sudah bisa dipastikan prilaku siswa yang nyimpang bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan?.
Menurut hemat penulis memang dibutuhkan instrumen untuk  bisa ditanamkan nilai-nilai luhur moral bangsa kepada setiap  siswa agar jadi acuan hidup. Setiap negara didunia ini pasti memiliki nilai nilai karakter bangsa yang positif dan itu diajarkan disekolah sekolah mereka, untuk memperjelas identitas sebagai bangsa. Jika hal ini tidak dilakukan maka akan muncul generasi yang tidak memiliki identitas kebangsaan dan tidak memiliki kebanggaan tersendiri sebagai sebuah bangsa.
Yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah dengan memberikan contoh terbaik kepada generasi muda, sikap sikap nasionalisme harus ditunjukan dalam berbagai sektor kehidupan. Dari mulai orang tua guru pejabat, berikanlah contoh bagaimana sebenarnya kita bangga menjadi bangsa Indonesia  yang memiliki sejarah yang panjang dan pernah gemilang dipentas dunia internasional. Alih alih memberikan contoh yang baik pejabat kita terkadang bersikap malah sebaliknya, mereka lebih senang membeli produk luar negeri dibanding dengan hasil dalam negeri. Atau membiarkan hasil pertanian kita dikalahkan hasil pertanian luar negeri..kebijakan ekonomi politik kita sering tidak berfihak kepada rakyat, tapi lebih berfihak kepada pemodal besar dan fihak asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Saran dan Komentar anda

Pernyataan Sikap Perguruan MA Kepuh

Pernyataan Sikap Pengurus Perguruan Mathla’ul Anwar Kepuh Atas Kejahatan Penusukan Terhadap Menteri Polhukam Jenderal (Purn) Dr. H. Wira...