Jumat, 27 Juli 2018

Pendaftaran Peserta Lembaga Pers Siswa (ALMANPUH)

Klik link di bawah ini


http://gg.gg/b46vc



5 BUAH PELAJARAN BERHARGA


Pelajaran Penting ke-1,
Semuanya penting!!

Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai pada soal yang terakhir.

Isi soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi petugas pembersih sekolah ?
Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering melihat perempuan ini. Tinggi, berambut gelap dan berusia sekitar 50-an, tapi bagaimana saya tahu nama depannya...?
Saya kumpulkan saja kertas ujian  saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong. Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai soal terakhir akan "dihitung" atau tidak. "Tentu Saja Dihitung !!", kata si Profesor.

"Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!.
Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan sepotong senyuman, atau sekilas "hallo"!

Saya selalu ingat pelajaran itu. Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah "Dorothy".
==================
Pelajaran Penting ke-2,
Penumpang yang Kehujanan

Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin menumpang mobil.

Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat. Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis tahun 1960-an, yaitu pada saat itu.

Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu tadi bertanya tentang alamat si pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.

7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah televisi set besar berwarna (1960-an!) khusus dikirim kerumahnya.

Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah: "Terima kasih nak, karena membantu ku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir disisi suami ku yang sedang sekarat...hingga wafatnya".
Tuhan memberkati anda, karena membantu saya dan tidak mementingkan dirimu pada saat itu"

Tertanda Ny.Nat King Cole.
*Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi Negro tenar thn. 60-an di USA
=======================
Pelajaran penting ke-3,
Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani.

Di zaman eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur 10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya. Anak ini kemudian bertanya, "Berapa ya,...harga satu ice cream sundae?" katanya.
"50 sen..." balas si pelayan.

Si anak kemudian mengeluarkan isi sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya, "Wah... Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak dan pelayan ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi dikantongnya.

"Bu... saya pesan yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya.
Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi.

Ketika si Pelayan wanita ini kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.

Anda bisa lihat anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae, karena tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"
================================
Pelajaran penting ke-4,
Penghalang di jalan kita

Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan. Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari rintangan. Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu.

Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu bebannya, dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.

Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu besar itu. Ketika si petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat Raja. Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau menyingkirkan batu tersebut dari jalan.

Petani ini kemudian belajar, satu pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti. Bahwa pada dalam setiap rintangan, tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai untuk memperbaiki hidup kita.
==========================
Pelajaran penting ke-5,
Memberi, ketika dibutuhkan

Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang. Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur 5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama.

Anak ini memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu. Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum mengambil nafas panjang dan berkata, "Baiklah...saya akan melakukan hal tersebut asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".

Mengikuti proses tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur, di samping kakaknya. Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi wajah si kecil mulai pucat dan  senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam suara yang bergetar katanya, "Apakah saya akan langsung mati dokter?"

Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa kakaknya.

Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya??

Bagilah pengalaman Anda yang dapat memberikan hal2 positif bagi siapa saja. Memberi lebih baik daripada menerima.

Bekerjalah seolah anda tidak memerlukan uang,  
Mencintailah seolah anda tidak pernah dikecewakan,
Menari dan menyanyilah seolah tidak ada yang menonton..

DALAM GELAPNYA MALAM, KITA JUSTRU DAPAT MELIHAT
INDAHNYA BINTANG.

Kirimkan untuk orang-orang yang Anda kasihi, walaupun dia adalah musuhmu!!

peace & love  


Karakteristik Pemimpin


Tidak mudah menjadi pemimpin.  Juga tidak mudah memilih pemimpin.   Ini akan dialami oleh suatu masayarakat yang rusak.  Masyarakat yang para pemimpin  dan politisinya menjadikan Book of The Prince sebagai kitab suci mereka dan Machiavelli sebagai panutan mereka.  Masyarakat yang memberikan kesempatan pada orang-orang bodoh tampil bicara.  Kondisi ini pernah digambarkan Nabi saw. dalam sabdanya:
 “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, di masa itu para pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada beliau saw. apa itu Ruwaibidlah?  Rasul menjawab: Seorang yang bodoh (yang dipercaya berbicara) tentang masalah rakyat/publik”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Agar kita tidak terjatuh pada kondisi buruk seperti diperingatkan Nabi saw. di atas, maka perlu dibentuk kesadaran umum (public awaraness) tentang karakteristik pemimpin yang layak mengurus publik.  Tulisan ini mencoba memberikan sumbangsih pemikiran untuk itu.

Tanggung Jawab Pemimpin
Kepemimpinan adalah  amanat untuk mengurus orang-orang atau rakyat yang dipimpin.  Rasulullah saw. mengumpamakan pemimpin laksana penggembala (ra’in).  Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Imam yang diangkat untuk memimpin manusia itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al Bukhari  dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.).
Rasulullah saw. memberikan penjelasan tentang pemimpin pengganti beliau (khalifah) dalam mengurus kaum muslimin bakal diminta pertanggungjawaban di akhirat. Beliau saw. bersabda:

“Dahulu, Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para Nabi.  Setiap kali seorang nabi meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada Nabi setelahku, (tetapi) nanti akan ada banyak khalifah.  Para sahabat bertanya :Apa yang engkau perintahkan kepada kami?  Beliau menjawab: Penuhilah baiat yang pertama, lalu yang pertama.  Berikanlah kepada mereka hak mereka, karena Allah nanti akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang telah diserahkan kepada mereka mengurusnya”.  (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Hadits-hadits tersebut di atas memberikan indikasi bahwa pemimpin yang layak adalah yang punya dimensi tanggung jawab hingga ke akhirat. Tentu yang dimaksud bukanlah rohaniawan yang tak cakap mengurus dunia.  Juga bukan pemimpin sekuler yang tak tahu urusan akhirat. Pemimpin sekuler, yang memisahkkan agama dari urusan dunia atau negara jelas merasa bebas  berbuat, karena merasa tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.  Pertanggungjawaban di dunia itu semu belaka, sebab tergantung banyaknya suara dukungan.  Pemimpin yang pandai menjaga dukungan mayoritas suara, dia tidak akan pernah ditolak pertanggungjawabannya. 
Jika kita sepakat bahwa pemimpin yang layak memimpin manusia adalah pemimpin yang punya rasa tanggung jawab dunia akhirat, maka bagaimana karakteristik pemimpin itu sehingga dia bisa melaksanakan tanggung jawabnya.

Karakteristik  Pemimpin
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Nizhamul Hukm fil Islam memberikan syarat-syarat –dengan argumen syar’i—yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang khalifah sebagai pemimpin publik tertinggi negara dalam perspektif Islam sebagai berikut : (1) muslim; (2) laki-laki; (3) dewasa (baligh); (4) berakal; (5) adil; (6) merdeka; dan (7)  mampu melaksanakan amanat Khilafah, yakni menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw.  Selain syarat sahnya baiat seorang Khalifah di atas, An Nabhani juga menambahkan syarat tambahan –keutamaan, bukan keharusan—berupa: (1) mujtahid, yakni seorang yang ahli menggali hukum syar’I dari sumber-sumber hukum syariah (Al Quran, As Sunnah, Ijma’ Shahabat, dan Qiyas); (2) pemberani; (3) politikus ulung; (4)keturunan Quraisy atau Ali bin Abi Thalib. 
Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Al Afkar as Siyasiyyah menyebut beberapa karakteristik untuk seorang pemimpin publik sebagai berikut: 
Pertama, berkepribadian kuat.  Rasulullah saw. menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus kuat, tidak lemah.  Orang lemah tidak pantas menjadi pemimpin.  Diriwayatkan dari Abu Dzar  bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Wahai Abu Dzar, aku melihat dirimu adalah orang yang lemah. Dan aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku.  Janganlah engkau menjadi amir (pemimpin) dari dua orang.  Dan janganlah kkamu mengurus harta anak yatim” (HR. Imam Muslim).
Abu Dzar juga menuturkan bahwa dia berkata kepada rasulullah saw.:
“Wahai Rasulullah, tidakkan engkau mengangkatku (menjadi pejabat)?  Kemudian Rasulullah saw. menepuk pundakku, dan berkata: “Wahai Abu Dzar, kamu adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan ini adalah amanah, dan pada hari pembalasan akan menjadi kehinaan dan sesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya sesuai dengan haknya dan menunaikan kewajiban dalam kepemimpinannya” (HR. Muslim).
Kuat dan lemah yang dimaksud dalam hadits ini adalah kekuatan kepribadian (syakhshiyyah) , yakni pola pikir (aqliyyah)  dan pola jiwanya (nafsiyyah). 
Oleh karena itu, pola pikir seorang pemimpin harus menyatu dengan kepemimpinannya.  Dengan  itu  dia dapat memahami berbagai masalah yang menjadi tanggung jawabnya.  Demikian juga, pola jiwanya juga harus menyatu dengan kepemimpinannya.  Dengan itu dia akan menyadari bahwa dia seorang pemimpin, sehingga dia dapat mengendalikan kecenderungan-kecenderungannya sebagai pemimpin.    
Kedua,  bertakwa.  Karena kekuatan kepribadian  seorang pemimpin sangat berpengaruh pada kepemimpinannya, maka seorang pemimpin harus memiliki kualitas yang mampu menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh buruk.  Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki sifat takwa pada dirinya, baik secara pribadi, maupun dalam hubungannya dengan tugas dan tanggung jawabnya memelihara urusan rakyat.  Diriwayatkan dari Sulaiman bin Buraidah dari bapaknya, bahwa ia menuturkan:
“Rasulullah saw. apabila mengangkat seorang pemimpin pasukan atau suatu ekspedisi pasukan khusus, maka beliau mewasiatkan takwa kepadanya dan berbuat baik terhadap kaum muslimin yang bersama dengannya (anak buahnya)”  (HR. Muslim).
Seorang pemimpin yang bertakwa akan senantiasa menyadari bahwa Allah SWT senantiasa memonitornya (muraqabah) dan dia takut kepada-Nya, sehingga dengan demikian dia akan menjauhkan diri dari sikap sewenang-wenang (zalim) kepada rakyat maupun sikap abai terhadap urusan urusan rakyat.  Khalifah Umar r.a., pemimpin negara Khilafah yang luas wilayahnya meliputi Jazirah Arab, Persia, Irak, Syam (sekarang : Syria, Yordania, Lebanon, Israel, dan Palestina), serta Mesir,   pernah berkata:  “Andaikan ada seekor hewan di Irak  kakinya terperosok di jalan, aku takut Allah akan meminta pertanggungjawabanku kenapa tidak mempersiapkan jalan tersebut (menjadi jalan yang rata dan bagus)”(lihat Zallum, idem).
Ketiga, belas kasih.  Seorang pemimpin harus punya sifat belas kasih kepada rakyatnya.  Ini diwujudkan secara konkrit dengan sikap lembut dan kebijaksanaannya yang tidak menyulitkan rakyatnya.  Diriwayatkan bahwa istri Rasulullah saw., Aisyah r.a. pernah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ya Allah, siapa saja yang diberi tanggung jawab memimpin urusan pemerintahan umatku dan menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka persulitlah dia.  Dan siapa saja yang memerintah umatku dengan sikap lembut (bersahabat) kepada mereka, maka lembutlah kepadanya”. (HR. Muslim).
Dalam kaitan ini juga Rasulullah saw. mengajarkan agar pemimpin itu bersikap memberi kabar yang baik, bukan bersikap menakutkan.  Diriwayatkan dari Abu Musa al Asy’ari r.a. (yang diutus menjadi Wali/Gubernur di Yaman) bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Gembirakanlah (rakyat) dan janganlah engkau hardik, dan permudahlah mereka dan jangan engkau persulit (urusan mereka)” (HR. Bukhari).
Keempat,jujur dan penuh perhatian.    Seorang pemimpin haruslah jujur dan penuh perhatian dalam mengurus urusan rakyat sehingga rakyat bisa terpenuhi kebutuhan mereka dan menikmati layanan pemimpinnya.  Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang memimpin pemerintahan kaum muslimin lalu dia tidak serius mengurusnya, dan tidak memberikan nasihat yang tulus kepada mereka, maka dia tidak akan mencium harumnya aroma surga”. (HR. Imam Muslim).  Dalam hal ini perhatian pemimpin bukan saja untuk memelihara terpenuhinya kebutuhan fisik rakyat, tapi juga kebutuhan ideologis, agar mereka tetap di jalur kehidupan yang mengantarkan kepada jalan menuju keridloan Allah SWT sehingga rakyatnya sukses dunia akhirat.
Kelima, istiqamah memerintah dengan syariah.  Seorang pemimpin yang jujur memimpin kaum muslimin akan melaksanakan pemerintahannya berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.  Diriwayatkan bahwa ketika Muadz bin Jabal    diutus menjadi Wali/Gubernur di Yaman, Rasulullah saw. menanyainya bagaimana cara dia memerintah.  Nabi bertanya kepadanya: “Dengan apa engkau memutuskan perkara?”  Muadz menjawab: Dengan Kitabullah”.  Rasul bertanya: “Dengan apalagi jika engkau tidak mendapatinya (di dalam Al Quran)?”.  Muadz menjawab: “Dengan Sunnah Rasululllah”.   Rasul berkata: ““Dengan apalagi jika engkau tidak mendapatinya (di dalam Al Quran maupun As Sunnah)?”.   Muadz menjawab: “Aku akan berijtihad”.  Kemudian Rasulullah saw. berucap: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah ke jalan yang disukai Allah dan Rasul-Nya”.  (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Baihaqi).

Khatimah       
Kita berharap lima karakteristik kepemimpinan di atas menjadi kesadaran dan opini umum masayarakat  sehingga aspirasi dan kecenderungan rakyat adalah memilih pemimpin yang berkarakter seperti itu.    Karena rakyat yang muslim beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti berharap agar para pemimpinnya benar-benar punya kehendak baik kepada rakyat kaum muslim seperti sifat Rasulullah saw. (lihat QS. At Taubah 128) dan punya kesiagaan dan kewaspadaan tinggi untuk menjaga kemaslahatan dan keselamatan rakyat dengan syariah seperti perintah Allah SWT kepada Rasulullah saw. (lihat QS. AL Maidah 49).  Mudah-mudahan dengan dengan munculnya karakter kepemimpinan seperti itu dalam diri para pemimpin di negeri ini, krisis yang melanda selama ini cepat di atasi.   Wallahua’lam bishawab!       





Pernyataan Sikap Perguruan MA Kepuh

Pernyataan Sikap Pengurus Perguruan Mathla’ul Anwar Kepuh Atas Kejahatan Penusukan Terhadap Menteri Polhukam Jenderal (Purn) Dr. H. Wira...